“aku masih teringat saja orang-orang yang malang itu, dan mereka senantiasa terbayang dalam angan-anganku” (EG. 113)

Quietly summoned before God, our dear sisters:

Sr. Benedicte Sumarah Teng Tjit Nio CB

Beliau lahir pada 26 September 1941 di Jakarta. Mengikrarkan Prasetia Pertama dalam Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus pada 22 Juli 1967. Meninggal dunia pada Kamis, 18 April 2024, Pk. 17.50 WIB di Biara Borromeus, Bandung.

Sr. Benedicte dikenal sebagai pribadi yang sederhana, disiplin, logis rasional sekaligus beriman dalam.

Memiliki pembelaan yang besar terhadap orang kecil, miskin, dan berkesesakan hidup. Beliau dianugerahi talenta merasul di tengah orang muda.

Tuhan asal dan tujuan kehidupan yang dirindukannya telah memanggil Sr. Benedicte CB kembali menghadap-Nya. Semoga beliau mengalami kebahagiaan abadi bersama para Kudus di Surga.

a.n. Kongregasi CB
Sr. Yustiana CB

Perayaan Ekaristi Requiem

Jumat, 19 April 2024, Pk 12.00 WIB di Kapel Maria Bintang Samudra Jalan Kolombo 19 A, Yogyakarta.

Live streaming dari channel Youtube “Suster CB Indonesia”

Setelah Perayaan Ekaristi, kita hantarkan Sr. Benedicte CB ke tempat peristirahatannya yang terakhir di makam Suster-suster CB Mrican Jalan Affandi CT X/26 Santren, Yogyakarta.

#sustercbindonesia #sustercb #restinpeace

 

RIP Sr. Benedicte SUmarah CB

One thought on “RIP Sr. Benedicte SUmarah CB

  • 20/04/2024 at 7:39 am
    Permalink

    Selamat jalan, Sr. Ben: Banyak orang mengenal biarawati yang baik hati ini hanya sebagai kepala asrama putri Syantikara. Untuk sebagian orang, dia terkenal galak dan disiplin. Untuk sebagian besar yang lain, dia dikenal sebagai ibu yang siap melindungi anak-anaknya.

    Namun ada hal yang tidak banyak diketahui orang, baik anak-anak asrama maupun di luar asrama. Jika Anda adalah anak muda pada tahun 1990an dan Anda melakukan rapat-rapat gelap untuk keluar dari kegelapan rejim Soeharto, Anda mungkin tidak melihat hubungan antara biarawati sederhana ini dengan aktivisme poitik pro-demokrasi.

    Saya tahu, ada organisasi yang berkonggres di ruang-ruang asrama putri yang dipimpinnya. Ada banyak aktivis yang sanggup bertahan dari kejaran rejim militer ketika itu karena bantuan “logistik” dari biarawati ini.

    Semuanya tidak diketahui orang. Suster Ben memberi tanpa pernah mengingat. Berkali-kali saya mengetuk pintu biaranya dan meminta bantuan. Jawabnya seringkali, “Tunggu sebentar, saya cari cara.” Dan tidak berapa lama kemudian dia menemukan cara.

    Ketika seorang teman menghubungi saya untuk mengadakan konggres, saya mencari dia. Jawabnya, “Apakah mau ruang di depan? Saya sediakan tikar. Nanti makan dan minum diurus sendiri dan saya ada uang sedikit.” Uniknya lagi, dia tidak pernah bertanya itu konggres apa. Siapa yang mengadakan dan untuk apa. Padahal resikonya sangat tinggi tidak saja untuk dia sendiri sebagai biarawati namun juga untuk kongregasinya.

    Setelah tahun 1998, saya tidak pernah lagi berjumpa dengan biarawati sederhana ini. Kini dia sudah pergi ke peristirahatan abadi.

    Selamat jalan, Sr. Ben. Untuk saya, kebaikan Suster ikut membentuk saya. Terima kasih atas semua bantuan, simpati, dan terutama doa untuk kami yang masih sangat muda ketika itu.

    FB MADE SUPRIATMA

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

en_US