“Digosok-gosok, tangannya digosok-gosok,
Punggung tangannya kanan kiri jangan lupa,
Diusap-usap, sela jarinya diusap,
Jangan lupa ruasnya juga ikut usap,
Gosok jempol, kanan kiri
Lalu putar-putar”
Cuaca cerah pada hari Rabu pagi, 4 Januari 2017, mengiringi perjalanan kami menuju SD Kanisius Kerten. Terdengar suara riuh ramai anak-anak memenuhi ruang terbuka, saat kami, para suster CB menjumpai mereka di ruang terbuka sekolah. Antusiasme dan sukacita anak-anak menyambut kedatangan kami yang akan live in di Paroki Dalem, menambah semangat kami dalam berbagi kegembiraan bersama mereka.
Melalui tema “Meraih Cita-cita Melalui Hidup Sehat” kami menyapa anak-anak dengan berdinamika bersama. Kegiatan ini juga menjadi sarana kami untuk mengenalkan Kongregasi CB kepada anak-anak. Bahwa ada banyak jenis pekerjaan, profesi yang menjadi mimpi mereka, namun kami ingin mengenalkan pilihan hidup yang lain, yaitu menjadi Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus yang juga bisa menjadi pilihan hidup mereka.
Gubahan lagu “Diobok-Obok” yang pernah dipopulerkan oleh penyanyi cilik Joshua pada tahun 90-an, menjadi sarana bagi kami para suster CB untuk mengajak anak-anak SD Kanisius Kerten untuk mulai menumbuhkan perilaku hidup sehat dengan cara mencuci tangan 6 langkah sesuai dengan anjuran WHO. Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak anak-anak untuk menyadari pentingnya memelihara kesehatan demi masa depan mereka, sehingga apapun cita-cita anak-anak dapat terwujud dengan didukung kesehatan yang baik. Kami berharap salah satu perilaku sehat ini dapat dihidupi oleh anak-anak sejak dini dalam hidup sehari-hari.
Sambil bernyanyi dan melakukan gerakan, anak-anak antusias mengikuti contoh. Dengan semangat, berani, dan teriakan yang keras, anak-anak mulai mengerti kapan harus melakukan cuci tangan. Rupanya doorprize yang kami tawarkan cukup menarik perhatian anak-anak untuk memperhatikan dan menjawab pertanyaan para suster.
Demikianlah salah satu kegiatan para suster studi dalam mengisi waktu liburan semester, menjumpai dan menyapa anak-anak, seperti teladan Bunda Elisabeth yang memiliki perhatian dan kecintaan terhadap anak-anak. “..Waktu itu kami mulai menerima anak-anak miskin, dengan maksud membangun dasar baik dalam batin mereka” (EG 51).*** (Sr. Herdian CB)