“Menabur Benih Menumbuhkan Persaudaraan” adalah tema yang diusung dalam kegiatan Penghijauan Area Lereng Merapi (PALM). Konsorsium yang berkantor di Kompleks Provinsialat CB Jalan Kolombo 19A Jogja tersebut yakni konsorsium terbuka yang merupakan gabungan berbagai instansi, perorangan atau kelompok, ormas lintas iman, lintas golongan, yang fokus untuk melakukan reboisasi/penghijauan di Lereng Merapi, khususnya Kecamatan Cangkringan, Sleman-DIY, sebagai tempat paling parah terkena dampak Erupsi Merapi 2010.
Konsorsium yang dikoordinatori oleh pimpinan Pondok Pesantren Nurul Ummahat Yogyakarta dan Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) DIY, KH. Abdul Muhaimin tersebut mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dengan disaksikan oleh warga Lereng Merapi, oleh tinggi dan perkasanya Gunung Merapi yang saat itu tampak bersih, Senin (7/2) diadakan acara ceremonial penanaman di Pangukrejo, Umbulharjo, Cangkringan. Acara ceremonial tersebut dihadiri oleh para pemuka agama yakni Islam, Budha, Protestan, Katolik, dan Konghucu. Acara tersebut dimulai pukul 08.00 WIB yang dihadiri oleh para relawan dan warga setempat. Sebelumnya, acara didahului oleh persembahan seni dari pondok pesantren Al-Qodir kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Kutanam Ribuan Pohon (karangan Theo Sunu Widodo) bersama-sama yang dipandu oleh Mas Krisna dan para Suster CB.
Sesudahnya, sambutan-sambutan oleh Koordinator Konsorsium KH. Abdul Muhaimin, Uskup Keuskupan Agung Semarang Johannes Pujasumarta Pr, dan Alisa Wahid (putri pertama alm. Abdurrahman Wahid) mewakili ibundanya Shinta Nuriah Wahid yang tidak bisa hadir karena kesehatan yang tidak memungkinkan.
Dalam sambutannya KH. Abdul Muhaimin mengatakan bahwa penanaman pohon ini jangan hanya dimaknai secara teknis, tapi juga sebagai upaya menaburkan benih persaudaraan. Selanjutnya Uskup Pujasumarta dalam sambutannya pun menyampaikan, “Kita menabur benih kasih agar nanti bisa melihat pohon kedamaian.”
Kemudian Bante Pannavaro Sri Mahatera dari Budha memimpin doa sebelum penanaman dimulai. Setelah itu barulah pembasuhan dan penanaman pohon yang didahului oleh para pemuka agama tersebut yang kemudian dilanjutkan oleh sejumlah relawan, aktivis, dan warga setempat. Semoga benih-benih yang ditanam mampu merobohkan sekat-sekat perbedaan di tengah masyarakat menjadi sebuah harmoni yang indah. Sehingga menabur benih menumbuhkan persaudaraan menjadi sebuah komitmen untuk merajut indahnya keberagaman dalam kebhinekaan.