Pagi ini tak disangka perjumpaanku menjadi “Ngobrol Bareng Bermakna” bersama seorang suster yang usianya 89 tahun. Beliau masih mampu merefleksikan situasi yang dialaminya setiap hari, dalam perjumpaan beliau bersama dengan para suster yang lain dan juga masih peka dan mampu menangkap hal-hal di sekitarnya yang menjadi keprihatinannya.

Dalam obrolan kami suster ini mensharingkan satu keprihatinan yang menjadi perjuangannya selama ini untuk dapat menerima sesama suster dengan segala kelemahannya. Namun suster ini masih terus berjuang karena melihat dan mengalami peristiwa-peristiwa yang membawa pada rasa kecewa dan sekaligus menjadi keprihatinannya.

Beliau telah berusaha untuk berdoa, memohon kepada Tuhan agar dapat menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi baik secara pribadi maupun secara kebersamaan di dalam pavilion mereka.

Dengan sedih suster ini menceritakan banyak hal kepada saya. Saya berupaya mendengarkan dengan baik apa yang menjadi curahan isi hatinya dan mencoba memasuki perasaan yang dialami suster ini.

Berjalannya dengan waktu, saya mencoba untuk sedikit memberi masukan kepada suster ini karena suster mau saya ajak ngobrol dari hati ke hati dan masuk lebih dalam di dalam pengalaman iman.

Saya berkata bahwa kita memang tidak bisa mengubah seseorang sesuai dengan apa yang kita inginkan, walau kelihatannya yang kita inginkan itu tujuannya baik tetapi ternyata itu tidak sesuai dengan apa yang menjadi rencana dan kehendak Tuhan.

Seperti juga bacaan pagi tadi dan kotbah Romo bahwa kita hanya bisa mengusahakan dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Kuasa Tuhan lebih besar dan melampaui apa yang menjadi harapan keinginan kita terhadap seseorang menuju sebuah perubahan.

Maka kita harus yakin bahwa Tuhan sendirilah yang akan mengubah dengan caranya Tuhan dan menurut waktunya Tuhan. Seperti sebuah lagu bahwa, waktu Tuhan pasti yang terbaik walaupun kadang tak mampu kita mengerti.. Maka kita hanya bisa mendoakan.

Kita juga belajar dari pengalaman Bunda Maria, ketika pengalaman Yesus mengubah air menjadi anggur di pesta pernikahan di Kana. Ketika itu Bunda Maria meminta bantuan kepada Putranya, tapi Yesus berkata ibu waktuku belum tiba (Yoh.2:3-5), namun akhirnya Yesus mengubah air tersebut menjadi anggur. Maka kita pun percaya bahwa waktunya Tuhan itu pasti yang terbaik dan kita semua tidak tahu kapan waktunya Tuhan itu.

Kita juga yakin bahwa suatu saat nanti Tuhan pasti mengubah segala sesuatu menjadi yang terbaik (Yoh. 2:7-8) seperti apa kita pun tidak tahu, tetapi keyakinan bahwa Tuhan akan menyelenggarakan segalanya itulah yang terpenting di dalam hidup kita.

Di sanalah kita belajar untuk menghayati iman kita akan kuasa Tuhan dalam hidup kita, di sana pula kita belajar tentang kerendahan hati bahwa hanya mengandalkan Tuhan di dalam hidup kita apapun yang kita usahakan sekuat tenaga kita, namun hanya satu yang akan menyelesaikan semua yang terbaik dalam hidup kita, yaitu kuasa Tuhan.

Maka mari kita berdoa dengan sungguh-sungguh untuk segala yang menjadi keprihatinan kita, supaya suatu saat nanti, entah kapan, kita akan melihat bintang itu ada, di atas kepala orang-orang yang kita doakan, dan orang itu juga melihat ada bintang di atas kepala kita.

Maka hanya ada kegembiraan dan sukacita ketika melihat bintang yang membawa sinar cahaya bagi banyak orang. Mungkin kita berpikir itu sesuatu yang mustahil tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk. 1:37 , Rm. 9:14-16).

Dan akhirnya kami berdua hanya bisa tersenyum dan bahagia saling memandang dan mengangguk tanda setuju serta mengamini untuk saling mendoakan sesama kita.

Begitulah obrolan kami pagi hari ini dan kemudian kami berpisah untuk melaksanakan tugas kami masing-masing suster itu pergi dan mengikuti senam bersama para suster yang lain dan saya melanjutkan doa saya seperti biasanya untuk intensi-intensi yang ingin saya doakan kepada Tuhan dengan perantara doa Bunda Maria.

Obrolan bareng bermakna terjadi pagi ini. Terima kasih Tuhan untuk rahmat pagi ini yang kami alami semoga semakin mengembangkan iman kami di dalam menghayati hidup panggilan dan hidup bersama dalam komunitas kami. 🙏🙏🥰

(Sr. Pauliana CB)

Waktu Tuhan “Pasti” yang Terbaik

1 thoughts on “Waktu Tuhan “Pasti” yang Terbaik

  • 10/01/2022 pukul 10:49 pm
    Permalink

    Trimakasih suster sharingnya.
    Dengan membaca tulisan itu saya dapat merasakan pergulatan keinginan suster sepuh itu.
    Mungkin juga karena itu disebabkan adanya gep generasi tua dan generasi muda?
    Tuhan memberkati kita semua. Amin.

    Balas

Tinggalkan Balasan ke Sr. Karita Suharti Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_ID