Siang itu, Jumat (8/7) pukul 13.00 WIB, Desa Kinahrejo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY, tampak beberapa warga dan tokoh lintas iman telah siap menyambut tamu. Tamu yang berkunjung kali ini dari Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono beserta rombongan. Setelah menunggu beberapa waktu, lebih kurang pukul 14.30 WIB, Ibu Meutia beserta rombongan pun tiba.

Bapak KH. Abdul Muhaimin tampak mengiringi para tamu menuju masjid yang terletak di sebelah barat lokasi yang sebelum erupsi Merapi menjadi kediaman Mbah Marijan. Di masjid itulah acara dialog antara Ibu Mutia Hatta dan para tokoh lintas agama yang terlibat membantu penanggulangan bencana Merapi diselenggarakan. Selain Bapak KH. Abdul Muhaimin, hadir tokoh lintas agama lainnya yakni Ki Demang dari Sunda Wiwitan, Pendeta GKJ, Bante Panavaro dari Budha, Bapak Suwalji, dan para Suster CB. Hadir pula Koordinator Posko Belarasa Gereja St. Petrus & Paulus Babadan, salah satu kemenakan Mbah Marijan, Bambang Kotir, perwakilan dari Gerakan Kemanusiaan Indonesia (GKI), dan sejumlah warga. Perwakilan dari pemda setempat pun hadir yakni camat dan wakil bupati.

Adapun maksud dan tujuan Ibu Meutia yakni melihat sendiri kawasan Merapi meskipun sudah banyak diberitakan melalui media massa. Selain itu ia datang untuk menampung informasi yang menjadi bahan masukan/petimbangan untuk presiden.

Pada dasarnya warga tidak berkeberatan bila mereka akan direlokasi ke tempat yang lebih aman. Salah satu harapan mereka adalah meskipun mereka direlokasi tetapi tanah milik mereka yang terkena dampak erupsi Merapi tetaplah menjadi miliknya, karena sejak semula sudah menjadi hak milik dan ada sertifikatnya. Bila tanah tersebut dibeli oleh pemerintah tentunya akan dijadikan hutan lindung. Memang baik, tetapi nantinya warga tidak bisa mengaksesnya kembali. Yang jelas warga memiliki ikatan psikososial terhadap tanah miliknya karena sudah lama mereka tinggal dan hidup di tanah tersebut.

Ibu Meutia memberi tanggapan dari beberapa masukan dan informasi yang disampaikan oleh warga dan tokoh lintas agama tersebut. “Kami akan mengemas, mencoba mencari solusi, dan mengusulkannya pada presiden serta meresponnya,” demikian ungkap Ibu Meutia sebagai kata penutup ketika mengakhiri dialognya selama lebih kurang 45 menit. Selanjutnya Ibu Meutia beserta rombongan meninggalkan masjid. Sebelum mohon diri, rombongan menyempatkan untuk melihat lokasi kediaman Mbah Marijan.

Demikianlah, semoga dengan kunjungan Dewan Pertimbangan Presiden ini harapan warga dapat terealisasi.

Selamat Datang, Ibu Meutia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_ID