Erupsi Merapi 2010 yang telah mengakibatkan kerusakan masif di Kecamatan Cangkringan, Sleman DIY. Korban jiwa tercatat 275 meninggal, belasan belum ditemukan, dan puluhan korban luka atau cacat permanen. Sementara itu lebih dari 2500 KK kehilangan tempat tinggal. Puluhan hektar sawah rusak terkena material vulkanik. Sekitar 867 hektar hutan rusak akibat awan panas dan lahar. Dari luasnya hutan yang rusak, 347 hektar merupakan hutan dan perkebunan rakyat.

Kini Lereng Merapi gundul, ribuan pohon mati. Yang tertinggal adalah bongkahan rumah rusak dan patahan pohon yang meranggas, terbakar awan panas. Kondisi lereng Merapi khususnya Cangkringan sebagai ”tandon air” Sleman dan Yogyakarta terancam. Tidak saja bukit gundul yang sangat rawan longsor, juga beberapa sumber mata air mati tertutup material vulkanik. Jika tidak segera diadakan reboisasi, maka krisis air akan melanda Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di beberapa tahun ke depan.

Kecamatan Cangkringan terdiri dari 5 dusun, yakni Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo, Argomulyo, dan Wukirsari. Dilihat dari kerusakan lingkungan yang ada, bisa dibagi menjadi 2 golongan penyebab. Pertama, disebabkan karena awan panas. Lahan yang terkena awan panas relatif masih bisa ditanami, karena walaupun seluruh pohon dan bangunan di atasnya musnah, tapi kontur dan struktur tanah masih utuh. Tanah juga tidak terlalu tertutup material vulkanik (pasir dan batu). Kedua, disebabkan karena lahar. Lahan yang terkena lahar tidak bisa lagi ditanami, karena tanah tertutup material vulkanik sangat tebal hingga puluhan meter. Material vulkanik ini masih panas (awal Januari 2011) dan kandungan belerangnya sangat tinggi, sehingga tanaman sulit tumbuh.

Lahirnya Konsorsium PALM
Sebagai bentuk keterlibatan bagi saudara-saudara yang terkena dampak erupsi Merapi, banyak pribadi maupun kelompok yang tergerak hatinya untuk meringankan beban mereka. Salah satunya adalah mengadakan penghijauan atau reboisasi di Lereng Merapi. Setelah beberapa kelompok dan aktivis bertemu untuk saling mengungkapkan keprihatinan yang sama, akhirnya terbentuklah sebuah konsorsium yang mewadahi kegiatan di Lereng Merapi. Maka lahirlah sebuah konsorsium yang diberi nama Penghijauan Area Lereng Merapi (PALM) yakni konsorsium terbuka yang merupakan gabungan berbagai instansi, perorangan atau kelompok, ormas lintas iman, lintas golongan, yang fokus untuk melakukan reboisasi/penghijauan di Lereng Merapi, khususnya Kecamatan Cangkringan, Sleman-DIY, sebagai tempat paling parah terkena dampak Erupsi Merapi 2010. Konsorsium ini dikoordinatori oleh pimpinan pondok pesantren Nurul Ummahat Yogyakarta dan koordinator Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) DIY, KH. Abdul Muhaimin.

Beberapa elemen yang tergabung dalam konsorsium ini adalah PWNU DIY, Paroki Babadan, Jaringan Gusdurian, Suster-suster Kongregasi CB, Fatayat NU, Ikatan Putri-putri Nahdlatul Ulama, Paroki Marganingsih Kalasan, Ikatan Putra-putra Nahdlatul Ulama, Forum Persaudaraan Umat Beriman Yogyakarta, Ponpes Al-Qodir, Ponpes Nurul Ummahat, GKI Gejayan, Fakultas Biologi Lingkungan Atmajaya Yogyakarta, Suster-suster Kongregasi OSF, Fakultas Biologi Lingkungan Universitas Kristen Duta Wacana, Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia, Yayasan Tarakanita DIY dan Jateng, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia, Bolo Tetulung, RS Panti Rapih, Yayasan Marsudi Rini, FPDIP DIY, Kubina TK, Seminari Tinggi Kentungan, Muperkas, Gunawan Adjie, Wisma Xaverian, YMCA, Pastoran Mahasiswa DIY, Kelompok Relawan Lereng Merapi, Sunda Wiwitan, Susteran PPYK Plunyon, Karyawan PT Pagilaran UGM, Yayasan Kanker Indonesia, KPH St. Antonius Kotabaru, Kemer Ondang, Mitra Tani, KDK, Gerakan Jogja Bangkit, Forum Jalin Jogja, Lentera Anak Bangsa, CD Bethesda, dan masih ada beberapa kelompok lain yang bergabung.

Penghijauan Area Lereng Merapi Kecamatan Cangkringan, Sleman DIY, meliputi kegiatan penanaman dan perawatan tanaman. Penanaman melibatkan warga setempat, relawan Konsorsium PALM, dan masyarakat luas, terutama yang dikoordinir oleh anggota konsorsium seperti sekolah-sekolah, suster, frater, santri, mudika paroki, mahasiswa, anggota organisasi/badan otonom NU, dan lain-lain. Masyarakat luas ini digilir secara bergantian untuk melakukan tanam massal di fokus area penanaman seluas 75 hektar.

Daerah yang akan ditanami kembali adalah lahan milik warga, hutan dan perkebunan rakyat, fasilitas umum NON milik Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), terutama yang terkena awan panas (golongan pertama). Area ini memiliki ketinggian antara 800-1100 meter dpl yang meliputi Desa Umbulharjo, Desa Kepuharjo, dan Desa Glagaharjo yang ketiganya merupakan wilayah di Kecamatan Cangkringan.

Konsorsium ini memulai kegiatannya di awal Januari hingga Juni 2011. Penanaman perdana dimulai Minggu ketiga Januari 2011. Tanaman yang sudah ditanam akan dirawat, dipupuk secara periodik selama 6 bulan, sampai dipastikan bisa bertahan hidup dan bertumbuh dengan baik. Dengan demikian semoga warga sekitar Lereng Merapi terbantu untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Semoga benih-benih persaudaraan terus bertumbuh dan berkembang menjadi kekuatan dalam menjalin persaudaran.

Konsorsium PALM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_ID