Sebanyak 400-an pengungsi yang tinggal di Posko St. Anna, Syantikara, dan Postulat-Novisiat CB berkumpul di Aula Panti Bina Provinsialat yang terletak di Jalan Kolombo 19A pada Sabtu (20/11) pukul 19.00 WIB. Pasalnya, Den Baguse Ngarsa bersama Sronto, Joko Badut, “Mbak” Susie , dkk, memberikan hiburan dan peneguhan bagi para pengungsi. Para seniman Jogja ini turut terlibat membantu para pengungsi berupa hiburan. Dengan demikian para pengungsi diharapkan bisa rileks sejenak dengan mendengarkan polah dan bayolan-bayolan lucu yang menyegarkan suasana.

Sambil menunggu para seniman yang sedang mempersiapkan acara, Sr. Yunita CB mengajak anak-anak untuk bernyanyi bersama. Selanjutnya, Joko Badut beserta teman-teman badutnya mengawali perjumpaan mereka khususnya sapaan terhadap anak-anak. Semua anak diminta untuk maju dan berdiri, sedangkan para badut mengajak mereka bernyanyi, bermain, dan sulap. Anak-anak sungguh gembira di malam itu.

Selain itu Joko Badut membagikan bingkisan pada anak-anak yang berupa buku. Biasanya, yang bisa menjawab pertanyaan maka ia yang mendapatkan hadiah. Namun, malam itu tidak seperti biasanya. Justru yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang mendapat hadiah dari para badut.

Setelah penampilan Joko Badut, muncullah Den Baguse Ngarsa dan Sronto. Melihat penampilannya saja sudah mengundang orang untuk tertawa, belum lagi dengan bayolan-bayolannya. Namun, semua itu tak mengurangi pesan bagi para pengungsi untuk menerima situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan.

Selanjutnya, suasana malam itu semakin heboh dengan kehadiran “Mbak” Susie dengan balutan stocking hitam transparan. Semua yang hadir, entah itu para pengungsi, para tamu, dan para suster dibuat tertawa sehingga mereka semua bisa rileks dan disegarkan. “Mbak” Susie menyanyikan sebuah lagu dengan suara perempuannya yang kadang berubah menjadi suara laki-laki sungguh mengocok perut para penonton.

Malam itu adalah malam yang tak terlupakan bagi para pengungsi dan siapa saja yang hadir menonton. Di akhir pertemuan, para seniman mengajak semua yang hadir untuk bergandengan tangan dan bersama-sama menyanyikan lagu “Kemesraan”.

Hiburan bagi para pengungsi tersebut berakhir pada pukul 21.00 WIB. Anak-anak sangat terkesan sampai berduyun-duyun mengantar para badut menuju pintu gerbang. Ada yang minta digendong, ada yang digandeng tangannya, ada yang berteriak memanggil nama badut, pun ada yang diam sambil mengikuti kepergian para badut. Yang jelas, malam itu semua yang hadir menyaksikan suguhan para seniman merasa disegarkan dan diteguhkan.

Para Seniman Pun Turut Berbagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

en_US